Asal Usul Dan Sejarah Komik Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan
buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan
gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik.” Sebelumnya, di
tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan eknis
dan struktur komik sebagai sequential art, “susunan gambar dan kata-kata untuk
menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide”.
Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud
mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai “juxtaposed pictorial and
other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to
produce an aesthetic response in the viewer”.
Untuk lingkup nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu
(sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut ‘cerita bergambar’
sebagai rujukan istilah ‘cartoons’ dalam bahasa inggris. Di Indonesia terdapat
sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya
Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi CERGAM
yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun
1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik,
mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo (1971) pernah
mengiklankan karya mereka dengan kata-kata “disadjikan setjara filmis dan
kolosal” yang sangat relevan dengan novel bergambar.
Bila komik didefinisikan sebagai rangkaian gambar yang
berurutan, berarti komik telah menjadi bagian dari budaya manusia di seluruh
dunia sejak zaman dahulu, bahkan sebelum manusia mengenal tulisan. Di Prancis
Selatan, misalnya, para arkeolog menemukan gambar-gambar berwarna pada dinding
Goa Lascaux yang diperkirakan sudah ada kurang lebih sejak 17.000 tahun lalu.
Gambar hewan seperti bison, banteng, dan kerbau yang ada di dinding goa itu
diduga menjadi media komunikasi bagi masyarakat yang hidup pada masa tersebut
dan dianggap sebagai “komik” paling kuno di dunia.
Ada pula lukisan pada dinding piramida di Mesir yang
diperkirakan dibuat pada tahun 1300 SM. Gambar yang melekat pada makam
raja-raja Mesir tersebut menjadi bukti bahwa pada masa itu manusia sudah
mengenal cara berkomunikasi nonverbal. Sama halnya dengan gambar berupa
beberapa sosok manusia tengah menggiring kuda yang tertera pada guci klasik
buatan Ergotimos dan Kleitias dari Yunani yang kira-kira dibuat pada 579 SM.
Ada beberapa tokoh komik yang terkenal di dunia, antara lain seperti
batman, superman, garfield, mickey
mouse dan lain-lain.
Istilah cerita bergambar
Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti
istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan
konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya
dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya.
Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka
adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971)
sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan
lagi suatu keharusan karena ada unsurmotion yang
bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.
Karena itu di dalam istilah komik klasik
indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis.
Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration(terutama di
dalam film & komik).
Posisi komik di dalam seni rupa
Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai
seni ke-sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan
komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting siapa
atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.
Menurut sejarahnya sekitar tahun 1920-an,
Ricciotto Canudo pendiri Club DES Amis du Septième Art,
salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang teoritikus film dan penyair
dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian di salah satu penerbitan
klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964 Claude Beylie menambahkan
televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada tepat dibawahnya, seni
kesembilan.
Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat
komik Perancis yang menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul “Système de la bande dessinée (Formes sémiotiques)”yang
akan terbit tahun 2007 menjadi “The System of Comics”. Ia
berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi pertama majalah “9e Art” di
Perancis. Menurutnya, yang pertama kali memperkenalkan istilah itu adalah
Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, “La bande dessinee est-elle un art?”,
dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua dari lima artikel di majalah
“Lettres et Medecins”, yang terbit sepanjang Januari sampai September 1964.
Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin mencantumkan komik
sebagai seni kesembilan di majalah “Pour un neuvieme art”, sebagaimana yang
dikutip oleh Marcel Boneff pada 1972 di dalam Komik Indonesia.
Sulitnya Menentukan Komik
Pertama di Dunia
Menurut Roger Sabin, penulis dunia komik yang juga pengajar di
sebuah universitas ternama di Inggris, komik cetak pertama yang pernah ada
adalah komik yang berjudul “A True Narrative of the Horrid Hellish Popish Plot”
karya Francis Barlow yang dibuat pada tahun 1682 .
Tapi pernyataan Sabin tadi dibantah oleh Eddie Campbell, seorang
komikus dan kartunis asal Skotlandia. Menurut Campbell, hasil karya Francis
Barlow itu adalah gambar kartun, sama halnya dengan komik karya Rowlandson
tahun 1782 yang membuat kartun bertema politik dan ditambah narasi. Karya para
kartunis itu lebih tepat disebut sebagai gambar yang dinarasikan.
Lalu, di Eropa, pada tahun 1873, seorang komikus berkebangsaan
Swiss, Rudolphe Topffer, menyelesaikan pembuatan komiknya yang berjudul “The
Adventures of Obadiah Oldbuck. Ia lalu mengklaim komik itu sebagai komik
pertama di Eropa, bahkan dunia.
Tapi, Pada tahun 1884, sebuah komik karya Ally Sloper berjudul
“Half Holiday” dipublikasikan dan dianggap sebagai komik strip majalah yang
paling pertama di dunia. Selanjutnya, pada tahun 1895 lahir terobosan baru di
dunia komik, yakni munculnya komik berseri dengan tokoh tetap. Dibuat oleh R.F.
Outcault, komik yang berjudul “Hogan`s Alley” itu menjadi sangat populer
sehingga meningkatkan pendapatan bagi pemilik koran yang memuatnya. Bahkan
“Hogan`s Alley” digadang-gadangkan menjadi penanda awal bangkitnya komik di
Amerika.
Satu tahun kemudian, pada tahun 1896, Richard
Felton Outcault meluncurkan buku yang kemudian dianggap sebagai buku komik
pertama di dunia. Dalam buku berjudul “The Yellow Kid” itu, Outcault menerapkan
inovasi baru yang belum pernah dilakukan oleh komikus pada zaman itu. “The
Yellow Kid” kemudian dianggap sebagai titik tolak komik modern dunia, yang
kemudian diikuti oleh masa keemasan komik pada tahun 1930-an. Pada masa itu,
bermunculanlah karakter komik yang kemudian menjadi legenda sampai sekarang,
seperti Flash Gordon, Dick Tracy,Tarzan, Superman, hingga Batman dan Captain Marvel.
Setelah itu, semangat membuat komik pun makin menjalar di
mana-mana. Para komikus menciptakan berbagai tokoh cerita yang kemudian menjadi
populer hingga ke seluruh dunia. Sebut saja tokoh superhero Superman yang muncul
pertama kali pada tahun 1938.
Sementara itu, di Eropa, pada tahun 1929
muncul sebuah karya komik popular berjudul “Tintin” yang dikarang oleh Herge,
seorang seniman dan komikus berkebangsaan Belgia. “Tintin” yang
memiliki genre drama petualangan itu mampu mendominasi pasar hingga tahun
1970-an. Selain “Tintin”, komik Eropa lainnya yang juga terkenal adalah
“Asterix” karya Uderzo.
Pada tahun 1930, dunia komik Amerika yang didominasi genre
kepahlawanan dimulai dengan munculnya komik Superman. Komik yang berkisah
tentang superhero itu ternyata sangat diminati oleh pasar, sehingga
bermunculanlah komik-komik lain dengan tema yang serupa seperti Batman,
Spiderman, dan lain sebagainya.
Sementara itu, di Asia, komik mulai marak setelah perang dunia
kedua. Dunia komik Asia diwakili oleh Jepang, produsen komik terbesar di
kawasan Asia. Osamu Tezuka dianggap sebagai pelopor komik Jepang yang terkenal
karena karyanya, “New Treasure Island” dan “Shintakarajima”. Di Jepang,
perkembangan komik sangatlah cepat dan kondusif karena ditunjang oleh pengadaan
buku kompilasi yang didukung para komikus muda dan tua.